CIRI-CIRI PENELITIAN KUANTITATIF
Tugas : Mata Kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi
Kuantitatif
Siti
Noer Tyas Tuti/135120218113004/Ilmu Komunikasi/FISIP/UB
Penelitian
merupakan (Wisadirana,2005) suatu proses yang dilaksanakan untuk membuktikan
suatu kebenaran ilmial, proses ini bertahap atau melalui langkah-langkah yang
telah ditetapkan. Dengan arti lain penelitian adalah suatu rangkaian
langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Terdapat
dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa ciri-ciri penelitian kuantitatif.
Penelitian
atau riset kuantitatif adalah suatu penelitian yang ingin mengungkapkan atau
menjawab tentang pertanyaan berapa atau berapa banyak suatu hal atau obyek yang
diamati. Penelitian kuantitatif ini disebut juga penelitian analitik yaitu
merupakan penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian kebenaran
hipotesis dan analisanya secara statistik atau kuantitatif (Wisadirana,2005,
hlm15). Sedangkan menurut Rachmat Kriyantono, riset kuantitatif adalah riset
yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data
atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data
atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi
(Kriyantono, 2012, hlm 55).
Berikut
adalah ciri – ciri penelitian Kuantitatif :
1. Didominasi data Kuantitatif
Pada
penelitian kuantitatif, data yang digunakan didominasi data kuantitatif yaitu
data yang dalam pengukurannya menggunakan rumus statistik dan hasilnya berupa
angka-angka. Data kuantitatif (Kriyantono,2012) bersifat konkret karena dapat
dikuantitaskan berupa angka-angka serta bersifat objektif dan bisa ditafsirkan
oleh semua orang.
Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, ada data kuantitatif yang murni sejak awal keberadaannya sudah dalam bentuk kuantitatif, namun ada data kuantitatif yang merupakan hasil transformasi dari data kualitatif. Artinya data kualitatif yang diubah kedalam bentuk kuantitatif. Dalam riset tidak semua hasil pengukuran berbentuk kuantitatif, namun memungkinkan berbentuk kualitatif berjenjang, misalnya sangat suka, suka, tidak suka. Meski bersifat kualitatif, namun data tersebut dapat dianalisis menggunakan statistik (Kriyantono,2012,hlm 39).
Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, ada data kuantitatif yang murni sejak awal keberadaannya sudah dalam bentuk kuantitatif, namun ada data kuantitatif yang merupakan hasil transformasi dari data kualitatif. Artinya data kualitatif yang diubah kedalam bentuk kuantitatif. Dalam riset tidak semua hasil pengukuran berbentuk kuantitatif, namun memungkinkan berbentuk kualitatif berjenjang, misalnya sangat suka, suka, tidak suka. Meski bersifat kualitatif, namun data tersebut dapat dianalisis menggunakan statistik (Kriyantono,2012,hlm 39).
2. Alat Ukur Terpisah dari Diri Peneliti
Dalam
riset kuantitatif, periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari
data. Artinya periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data
sekehendak hatinya sendiri. Semuanya harus objektif dengan diuji dahulu apakah
batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan
validitas. Dengan kata lain, periset berusaha membatasi konsep atau variabel
yang diteliti dengan cara mengarahkan riset dalam setting yang terkontrol,
lebih sistematik dan terstruktur dalam sebuah desai riset. Desain riset ini
sudah harus ditentukan sebelum riset dimulai. Karena periset harus menjaga
sifat objek maka dalam analisis datanya pun, periset tidak boleh
mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subyektif. Karena itu
digunakan uji statistik untuk menganalisis data (Kriyantono,2012, hlm 55-56).
3. Desain Penelitian Ditentukan Di awal
Desain
atau rancangan penelitian adalah (Wisadirana,2005) langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam penelitian mulai dari menetapan pendekatan, metode penelitian,
teknik sampling, penyusunan instrument
untuk pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan rencana analisis data.
Macamnya desain penelitian tergantung pada tujuan dan macamnya penelitian.
Prosedur riset pada dasarnya berupa tahapan-tahapan atau proses yang harus dilalui dalam melakukan riset. Desai riset ini pada dasarnya memudahkan periset agar proses risetnya terarah dan sistematis. Gambaran tertulis dari tahapan-tahapan tersebut dikenal sebagai sebuah “desain riset” atau “sistematika riset” (Kriyantono,2012,hlm 88).
Beberapa faktor yang mempengaruhi desain penelitian menurut Rachmat Kriyantono (2012) antara lain :
Prosedur riset pada dasarnya berupa tahapan-tahapan atau proses yang harus dilalui dalam melakukan riset. Desai riset ini pada dasarnya memudahkan periset agar proses risetnya terarah dan sistematis. Gambaran tertulis dari tahapan-tahapan tersebut dikenal sebagai sebuah “desain riset” atau “sistematika riset” (Kriyantono,2012,hlm 88).
Beberapa faktor yang mempengaruhi desain penelitian menurut Rachmat Kriyantono (2012) antara lain :
a.
Metodologi
atau pendekatan yang digunakan;
b.
Metode
riset yang akan dipakai;
c.
Jenis
riset yang direncanakan;
d.
Metode
analisis data.
Desain
riset kuantitatif sudah dibuat sebelum riset dilakukan atau sebelum riset
terjun kelapangan. Selain itu desain riset dibuat secara tersruktur dan
sistematik mulai dari perumusan masalah, definisi konsep, definisi operasional,
hipotesis sampai dengan teknik analisis data. Periset diupayakan membuat desain
yang pasti dan tidak mengubah, karena dapat mengaburkan variabel (variabel
terlalu luas dan tidak jelas indikatornya) yang ujung-ujungnya akan memengaruhi
indtrumen dan analisis data (Kriyantono,2012,hlm 88).
4. Tujuan
Tujuan
dari riset Kuantitatif adalah (Rachmat Kriyantono,2012) untuk menguji teori
atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. Apabila dalam analisis data
terdapat penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak
langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti terlebih
dahulu apakah terdapat kesalahan dalam samplingnya atau definisi konsepnya
kurang operasional, sehingga menghasilkan instrumen (kuisioner) yang kurang
valid.
5. Posisi Data (Data itu untuk apa?)
Dalam
penelitian kuantitatif, data yang didominasi bersifat kuantitatif tersebut
digunakan untuk membuktikan sebuah konsep atau
teori. Dalam hal ini digunakan uji statistik untuk menganalisis data.
Dalam melakukan pengumpulan data menurut Darsono Wisadirana (2005) terdapat lima metode atau teknik pengumpulan
data dan lima instrumen dalam pengumpulan data :
a.
Metode
wawancara instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara (interview guide).
b.
Metode
tes instrumen yang digunakan adalah berupa soal tes.
c.
Metode
angket atau kuisioner instrumen yang digunakan adalah berupa angket atau
kuesioner.
d.
Metode
observasi instrumen yang digunakan adalah
check list atau daftar isian atau pedoman
observasi.
observasi.
e.
Metode
dokumentasi instrumen yang digunakan adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga
berupa check list.
berupa check list.
Jika kegiatan
pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau bila salah daalam
pengumpulan data maka data yang diperoleh pun tidak sesuai dengan permasalahan
penelitian. Seorang periset seyogianya memperoleh data yang relevan, artinya
data yang ada kaitannya langsung dengan masalah yang diteliti dan mutakhir,
artinya data yang diperoleh masih hangat dibicarakan dan diusaahakan dari orang
pertama (Kriyantono,2012,hlm 95).
6. Cara Berpikir Deduktif
Menurut
Darsono Wisadirana (2005) cara berpikir deduktif merupakan cara berpikir yang mengacu
pada dunia konsep pada khasanah pengetahuan keilmuan yang sahih atau dunia
rasional, sehingga cara berpikir ini disebut sebagai cara berpikir rasionalis
atau berpikir analitik. Cara berpikir ini berangkat dari kebenaran pengetahuan,
sejumlah proposisi yang berlaku secara umum yang meliputi premis mayor (biasa
disebut teori) dan premis minor (asumsi atau staetment), kemudian mengkaji atau menyimpulkan persoalan yang
bersifat khusus berdasarkan pada pengetahun yang bersifat umum. Dari kebenaran
bersifat umum tersebut kemudian dilakukan kesimpulan secara spesifik. Jadi cara
berpikir deduktif adalah suatau cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang
bersifat umum atau luas menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus.
Penilaian Validitas :
Validitas adalah sejauh mana
alat ukur mampu dengan tepat mengukur apa yang ingin diukur (Kanto,2014,catatan
perkuliahan). Secara umum, validitas riset kuantitatif terletak pada penentuan
metodologinya (Kriyantono,2012,hlm 70).
Masalah : Apakah
ada hubungan antara sikap pemilih pemula terhadap partai
politik
dengan sikap orang tua terhadap partai politik?.
dengan sikap orang tua terhadap partai politik?.
Instrumen : Sikap
orangtua saya terhadap PAN
A. SS B. S C. TS D. STS
A. SS B. S C. TS D. STS
Sampel : Dipilih 100 siswa SMA
Tugas : Menentukan
kata kunci yang salah (Apakah riset tersebut valid?)
Jawaban :
Riset
tersebut tidak valid karena dalam menentukan
alat ukurnya yaitu instrumen
tidak sesuai dengan yang diukur. Jika mengukur sikap orangtua, maka instrumen
yang digunakan bukan siswa SMA melainkan orangtua. Bagaimana mungkin melakukan
pertanyaan yang seharusnya ditujukan kepada orangtua sedangkan sampel yang
digunakan adalah siswa SMA. Dalam hal ini validitas eksternal yaitu pemilihan
sampel belum representatif terhadap populasi yang lebih besar (Pemilih pemula
dan orang tua). Seharusnya sampel yang digunakan mewakili pemilih pemula dan
orangtua, karena ditinjau dari permasalahannya mencakup sikap pemilih pemula
dan orangtua terhadap partai politik.
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono,
Rachmat. (2012). Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta : Kencana
Wisadirana,
Darsono. (2005). Metode Penelitian
Pedoman Penulisan Skripsi untuk Ilmu
Sosial. Universitas
Muhammadiah Malang : Malang
Kanto,
Sanggar. (2014). Catatan Perkuliahan Metodologi Penelitian Sosial
Komentar
Posting Komentar