FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI Pemikian dalam kehidupan
ETIKA DAN FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
Dosen Pengampu : Rachmat Kriyantono, Ph.D
ULANGAN TENGAH SEMESTER
Oleh :
Siti Noer Tyas
Tuti 135120218113004
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
2014
1.1
RUMUSAN MASALAH
1.
Jelaskan
pandangan filsafat tentang elemen das wollen, das sein dan das sollen dan
bagaimana ilmu komunikasi bisa mencapai elemen tersebut? Contoh!
Saat ini, apakah proses komunikasi sudah mengarah terwujudnya das sollen
dimasyarakat kita? Berikan penjelasan anda dengan memberikan contoh salah satu
materi komunikasi !
2.
Bagaimana
cara ilmu komunikasi mewujudkan harmoni di masyarakat?
3.
Apa
fungsi pedoman perilaku bagi pencinta ilmu komunikasi ?
4.
Jelaskan
disertai contoh keseluruhan proses komunikasi yang membentuk wajah dunia
komunikasi dan jelaskan masing-masing elemen tersebut dalam menggapai harmoni !
5.
Sebagai
ilmuwan komunikasi, bagaimana sifat filsafati yang harus anda miliki? Jelaskan
disertai contoh dalam keseharian anda !
6.
Mengapa
berpikir disebut sebagai dasar komunikasi harmoni ?
7.
Jelaskan
dan beri contoh produk-produk media yang tidak menuju harmoni! Beri contoh
dengan melakukan analisis isi terhadap produk media, seperti surat kabar atau
TV!
8.
Jelaskan
bagaimana penerapan 3 kriteria kebenaran dalam praktik :
a.
Jurnalistik
yaitu dalam proses mencari, menulis dan menyebarkan berita.
b.
Public
relations, yaitu dalam menyusun program kampanye.
c.
Komunikasi
pemasaran, yaitu dalam strategi periklanan.
1.2
PEMBAHASAN
1. Pandangan
filsafat tentang elemen das wollen, das sein dan das sollen
a.
Das
Wollen (keinginan) adalah hasrat, kehendak individu terhadap segala sesuatu
yang dibutuhkan seseorang dalam rangka memenuhi kehidupannya.
b.
Das
sein (kenyataan) merupakan peristiwa konkret yang terjadi. Dalam hal ini,
kenyataan juga disebut fakta (Arofah,2014). Fakta adalah segala sesuatu yang
ada didunia yang bisa membuat suatu pernyataan benar atau salah
(Kriyantono,2014). Das sein juga merupakan perwujudan dari das sollen.
c.
das
sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan untuk berpikir dan bersikap. Das
sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif yang seharusnya
dilakukan (Arofah,2014). Dapat diartikan bahwa da sollen adalah sesuatu yang
diinginkan atau diharapkan.
Ø
Cara
agar ilmu komunikasi bisa mencapai elemen tersebut
Dalam mewujudkan elemen-elemen tersebut maka melalui perumusan pedoman operasional sebagai landasan
perilaku (misalnya kode etik). Disamping itu, dibutuhkan kajian yang secara
kritis terhadap pedoman tersebut serta terus menerus mengkaji secara kritis
pedoman tersebut dan segala proses komunikasi yang terjadi (etika/filsafat
moral), dengan menanyakan apakah segala pedoman dan proses komunikasi yang saat
ini terjadi telah mengarah kepada kondisi ideal? Pada akhirnya diharapkan
kondisi ideal dapat terwujud dan menjadi kenyataan (Kriyantono, 2014).
Ø
Contoh
: Seorang praktisi public relations perusahaan
yang ingin mempertahankan citra baik peruhaan melakukan surve dengan tidak
meninggalkan kode etik serta pedoman sebagai public relations kepada karyawan dan klien perusahaan serta
masyarakat sekitar perusahaan terkait pandangan mereka terhadap perusahaan.
Dari surve tersebut bisa diambil langkah-langsah serta tindakan yang harus
diperbaiki, ditingkatkan maupun dihilangkan. Dengan demikian antara karyawan
dan klien perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan terjadi keharmonisan
dan tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan maupun terjadi
kesalahpahaman diantara pihak tersebut.
Ø
Pada
Saat ini, komunikasi belum sepenuhnya mengarah kepada terwujudnya das sollen dimasyarakat.
Karena masih banyak praktisi-praktisi komunikasi yang menyalahgunakan
keahliannya. Banyak media penyiaran yang melanggar undang-undang penyiaran
seperti halnya melakukan kampanye hitam. Seperti dalam teori komunikasi massa,
bahwa (Pearce,
2009 dikutip dari
Fajar & Rahmiati,n.d) media massa memiliki efek begitu
besar untuk memberikan dampak kepada audien. Hal ini berpotensi menimbulkan perpecahan dan
permusuhan dalam masyarakat.
Banyak
radio dan televisi ilegal yang beroprasi tanpa mendapat perijinan, dalam hal
ini KPI juga belum memberikan sanksi yang tegas kepada para oknum tersebut.
Selain itu masih banyak para wartawan atau jurnalis yang tidak berpegang teguh
pada kode etik, seperti menyajikan suatu pemberitaan masalah kecil namun
dikemas menjadi seolah-olah hal besar terjadi. Contoh : oknum TNI dan POLRI
berseteru, wartawan menuliskan TNI dan POLRI bentrok. Hal ini dapat
mengakibatkan perkelabatan yang besar diantara dua kubu, meskipun hanya oknum
yang melakukannya.
Namun juga tak dapat dipungkiri bahwa juga terdapat
harmoni dalam masyarakat seperti halnya untuk menyadarkan masyarakat tentang
partisipasi untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, media mengemas
sedemikian rupa serta semenarik mungkin konten-konten yang disajikan berkaitan
dengan politik, hal ini berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemilu. Selain itu banyak seminar dan penyuluhan yang dilakukan oleh ahli
komunikasi agar masyarakat melek media seperti halnya seminar yang diadakan
oleh jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya tentang Fenomena Kontemporer
Pemilu 2014.
2. Cara
ilmu komunikasi mewujudkan harmoni di masyarakat
Dalam hal ini Ilmu
Komunikasi berupaya menilai pola-pola komunikasi dalam masyarakat, termasuk
pendapat-pendapat umum yang merupakan refleksi dari keinginan-keinginan
masyarakat. Pendapat-pendapat dalam masyarakat tersebut kemudian diarahkan pada
harmonisasi. Selain itu Ilmu Komunikasi juga menilai bidang-bidang komunikasi
seperti halnya media massa, public relations, periklanan. Hal ini diarahkan
agar terciptanya harmoni dalam masyarakat (Kriyantono,2014).
Dalam proses
komunikasi lebih mengutamakan keseimbangan serta keselarasan dalam segala aspek
kehidupan. Proses Komunikasi juga berupaya untuk menepis permusuhan dalam
masyarakat, baik antara individu, kelompok maupun golongan. Hal ini dilakukan
untuk terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai suatu
keharmonisan.
Proses komunikasi
yang harmonis terjadi apabila nalar pemberi simbol dan penerima simbol terdapat
salig pengertian, saling menyuruh menuju masyarakat harmoni (Kriyantono,2014).
3. Fungsi
pedoman perilaku bagi pencinta ilmu komunikasi
Pedoman perilaku
dapat membantu melakukan komunikasi dengan menetapkan prinsip etika yang
mendasari pernyataan nilai-nilai individu dan cara individu untuk melakukan
komunikasi. Selain itu pedoman perilaku juga berfungsi memberikan panduan
tentang cara menerapkan prinsip serta etika dalam berkomunikasi (Royce,2013).
Pencinta
komunikasi tetap atau mampu berkomitmen untuk menjalankan kode etik yang
dimilikinya. Hal ini dilakukan untuk tercapai sebuah keselarasan dalam
berkomunikasi. Fungsi lain dari pedoman perilaku bagi pencinta komunikasi
adalah sebagai kontrol diri agar tidak berbuat melampaui batas atau melanggar
kode etik dalam berkomunikasi. Serta berperilaku sesuai denga Pancasila sebagai
falsafah hidup.
Untuk terus
menyelidiki bagaimana peserta komunikasi menggunakan proses komunikasi
(Produksi, proses, dan pengaruh system tanda/ objek formal),faktor-faktor apa
saja dalam masyarakat yang harus diperhatikan oleh mereka, dan bagaimana
faktor-faktor itu memengaruhi dan dipengaruhi proses komunikasi, agar harmoni
tidak terganggu atau agar dapat mendekati kondisi ideal (Kriyantono,2014).
4. Proses
komunikasi yang membentuk wajah dunia komunikasi
Dalam proses
komunikasiterdapat objek formal dan objek material yang menjadi landasan
produksi, proses dan pengaruh sistem tanda yang disampaikan baik verbal maupun
non verbal. Proses penyampaian pesan melalui beberapa komponen yaitu who, say what, in which channel, to whom, dan
with what effect.
Terdapat
konteks-konteks komunikasi dalam penyampaian pesan yaitu komunikasi
intrapribadi, antarpribadi, publik, organisasi dan massa. Agar pesan
tersampaikan dengan efektif dari komunikator kepada komunikan dibutuhkan
kesamaan dalam mengartikan makna yang terkandung dalam pesan tersebut. Apabila
terjadi ketidaksamaan dalam mengartikan makna, maka akan terjadi kealahpahaman
dalam komunikasi. Dari konteks-konteks tersebut melahirkan bidang-bidang dalam
komunikasi diantaranya komunikasi bisnis, public relations, pers, komunikasi
pemasaran dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu
keharmonisan dalam ranah komunikasi.
Selain itu
komunikasi antar budaya juga turut mewarnai dunia komunikasi. Dengan perbedaan
budaya, dapat memberikan pelajaran tentang pentingnya memiliki rasa saling
menghargai, toleransi dan bangga terhadap budaya sendiri. Perbedaan kebudayaan
dalam komunikasi bukan berarti tidak bisa bersatu, akan tetapi meskipun berbeda
tetap dapat berjalan berdampingan yang melahirkan keharmonisan dalam ranah
komunikasi.
Ø
Elemen komunikasi dalam menggapai harmoni
Objek Formal ilmu komunikasi
adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan
manusia. Mencakup fenomena komunikasi dan pernyataan antarmanusia
(Kriyantono,2014). Sedangkan objek material adalah komponen yang berada dalam
ilmu komunikasi.
Dalam komunikasi terdapat berbagai komponen yaitu :
-
Unsur
sumber (Who) merangsang pertanyaan
mengenai pengendali peasan (misalnya oleh “penjaga gerbang”),
-
unsur
pesan (say what) merupakan bahan
untuk analisis isi.
-
Saluran
komunikasi (in which channel) dikaji
dalam analisi media.
-
Unsur
penerima (to whom) dikaitkan dengan
analisis khalayak,
-
sementara
unsur pengaruh (with what effect)
jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan (Mulyana,2008,h.148).
Terdapat konteks-kontes dalam komunikasi :
-
Komunikasi
intrapribadi (intrapersonal
communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri,
-
Komunikasi
antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal ataupun nonverbal.
-
Komunikasi
publik (public communication) adalah
komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak),
yang tidak bisa dikenali satu persatu.
-
Komunikasi
organisasi 9organizational communication)
terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal.
-
Komunikasi
massa (mass communication) adalah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau
elektronik (radio,televisi), biaya relatih mahal, yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen
(Mulyana,2008,h.80-83).
Selain itu,
komunikasi antar budaya turut mewarnai ranah komunikasi. Komunikasi antar
budaya dapat diartikan interaksi, pertukaran simbol yang dilakukan oleh
individu-individu yang berbeda kebudayaan. Dengan mempelajari budaya lain
secara perlahan, individu dapat memahami pesan yang disampaikan oleh lawan
komunikasinya yang berbeda kebudayaan. Dengn demikian terciptalah keharmonisan
dalam ranah komunikasi.
5. Sifat
filsafati yang harus dimiliki ilmuwan komunikasi dan contoh dalam kehidupan
sehari-hari :
Ø
Menjunjung
tinggi mutu profesi (Kriyantono,2014).
Dalam hal ini seorang ilmuwan komunikasi harus
berpegang pada objek yang bersifat ilmiah dan masyarakat yang menjunjung nilai-nilai
pancasila atau dalam kata lain menjunjung kebenaran. Selain itu, ilmuwan
komunikasi tidak boleh mementingkan diri sendiri maupun golongan. Yang
dilakukan adalah mengabdi kepada masyarakat sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya.
Contoh : Ketika masyarakat diterpa oleh berita dari
media resah seperti halnya kampanye hitam pada saat menjelang pemilu. Hal ini
dapat berpotensi untuk memecahbelah masyarakat, karena konstruksi serta konten
yang disajikan oleh media dapat mempengaruhi opini publik. Sikap yang harus
dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada masyarakat agar jeli dalam
menanggapi informasi yang disajikan oleh media, dalam hal ini diharapkan
masyarakat melek media. Meskipun individu mempunyai keterpihakan, dalam
memberikan penjelasan terhadap masyarakat haruslah secara objektivitas demi
terciptanya keutuhan dan kesadaran masyarakat.
Ø
Meneliti
perkembangan Ilmu Komunikasi, karena ilmu bersifat tentatif dan tidak bersifat
dogmatis disesuaikan dengan sifat dinamis manusia (Kriyantono,2014).
Dengan sifat Ilmu Komunikasi yang demikian, yaitu
selalu berkembang setiap saat dan bukanlah ilmu yang pasif, diharapkan para
ilmuwan komunikasi juga mengikuti perkembangan ilmu tersebut. Karena pada
dasarnya ilmu komunikasi berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan tidak
dapat dihindari.
Contoh : Pada jaman dahulu media televisi, koran dan
radia merupakan sarana utama orang mendapatkan informasi. Namun seiring
perkembangan jaman terlahirlah New Media yaitun Internet, dalam
interner individu bebas mengakses informasi apa saja yang diinginkan dimanapun
dan kapanpun tanpa terbatas ruang dan waktu.
Ø
Empati
(toleran) terhadap ilmu yang lain, dan tidak marasa superior (Kriyantono,2014).
Seorang ilmuwan komunikasi harus mempunyai rasa
toleransi terhadap ilmu lain, yaitu tidak menganggap bahwa ilmu komunikasi
merupakan lebih baik daripada ilmu yang lain. Pada dasarnya ilmu komunikasi
juga memiliki kekurangan serta kelebihan.
Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan
oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik
tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural (Mulyana,2008,h.126).
Contoh : Ketika orang tua berkomunikasi dengan anaknya
kerap terjadi kegagalan, seperti halnya nasehat tidak didengarkan, perintah
tidak dipatuhi. Dalam hal ini ilmu komunikasi mencoba untuk menganalisis apa
penyebabnya kemudian berusaha untuk mencari solusi permasalahan tersebut,
apakah dengan perbaikan komunikasi atau yang lain?. Namun demikian, bukan
berarti dapat menyelesaikan sebuah permasalahan jika kegagalan disebabkan
kondisi psikologis anak, maka yang lebih tepat adalah ilmu psikologi yang
digunakan untuk memecahkan masalah. Atau menggabungkan kedua elemen tersebut
diantara psikologi dan komunikasi.
Ø
Menghindari
penyalahgunaan keilmuannya untuk kepentingan pribadi dan golongan yang
merugikan masyarakat sehingga menjauh dari bentuk ideal falsafah Pancasila
(Kriyantono,2014).
Jika seorang ilmuwan komunikasi menyalahgunaan
keilmuannya sehingga merugikan masyarakat, maka mustahil kondisi ideal dari
falsafah Pancasila dalam masyarakat terwujud. Hal yang dilakukan ilmuwan
komunikasi adalah memanfaatkan keilmuwan yang dimiliki demi kesejahteraan
masyarakat.
Contoh : Seorang jurnalis
dalam menyajikan sebuah berita harus berdasarkan fakta terjadi, mendapatkan
sumber informasi tidak hanya pada satu sumber, melainkan banyak sumber yang
akurat. Tidak memutar balikkan fakta ataupun merekayasa suatu perkara, karena produk
brita yang dihasilkan seorang jurnalis dikonsumsi masyarakat. Apabila terjadi
penyalahgunaan maka berpotensi menyesatkan masyarakat serta menciptakan opini
publik yang salah atau tidak seharusnya.
Ø
Selalu
berpijak pada tuntutan menuju harmoni. Setiap langkah kita selalu dilandasi
keinginan mencapai kondisi ideal tersebut (Kriyantono,2014).
Dalam setiap perilaku dalam menggunakan keilmuwan yang
dimiliki oleh seorang ilmuwan komunikasi, tidak terlepas dari kode etik serta
mengesampingkan kepentingan individu atau golongan. Akan tetapi lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat luas demi tercapainya kondisi ideal yang
harmoni dalam masyarakat.
Contoh : Seorang wartawan menyajikan informasi kepada
masyarakat dengan cepat dan akurat agar masyarakat mendapatkan informasi yang
benar terkait suatu fenomena. Dalam penulisan serta penyampaian berita
menggunakan serta berpegang teguh pada kode etik dan kaidah-kaidah yang berlaku
guna mencapai kondisi ideal dalam masyarakat yaitu berita tidak membuat
masyarakat resah dengan pernyataan atau informasi yang salah.
6. Sebab
berpikir disebut sebagai dasar komunikasi harmoni
Semua ilmu pengetahuan
berasal dan terbangun melalui berpikir, namun tidak hanya berpikir begitu saja.
Untuk menjadikan pemikiran manusia sebagai ilmu pengetahuan dibutuhkan riset
untuk memastikan benar atau salah pemikiran tersebut, melalui riset atau
penelitian dapat disimpulkan benar atau salah sebuah pemikiran tersebut dan
sebagai ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini
dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan merupakan produk dari
pemikiran. Melalui proses berpikir manusia menemukan gagasan, ide dengan
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Termasuk dalam membangun komunikasi yang
harmoni antar individu. Karena pada dasarnya untuk mencapai komunikasi yang
harmoni dibutuhkan gagasan dan cara yang berangkat dari produk pemikiran
manusia yaitu ilmu pengetahuan.
7. Produk-produk
media yang tidak menuju harmoni
Jika produk media menimbulkan fitnah, rasa
curiga, stereotipe negatif, dan merendahkan martabat kemanusiaan melalui,
misalnya, acara olok- mengolok atau melecehkan kekurangan fisik maka media
telah menjauhkan objek formal ilmu dari harmoni (Kriyantono,2014). Hal ini
sangat bertolak belakang dari fungsi media sebagaai pelopor untuk menuju
harmoni dalam kehidupan.
Ø
Contoh
: Pada media Televisi
Pada saat
mendekati pilpres 2014 media televisi bergejolak dalam rangka menjadi sarana
kampanye bagi para parpol. Dalam hal ini, terjadi saling olok mengolok dan
saling menjatuhkan satu sama lain. Diketahui bahwa terdapat dua golongan yang
mencapreskan diri yaitu dari Prabowo dan Jokowi. Jika ANTV dalam pemilu
tersebut mendukung Prabowo, maka Metro TV memberikan dukungannya kepada Jokowi.
Kedua
stasiun televisi dinilai begitu tampak dalam melakukan dukungan dan
pembelaannya. Diketahui pada suatu acara di ANTV membahas tentang segala
kelemahan dari sebelahnya, begitu juga sebaliknya hal yang sama juga dilakukan
oleh Metro Tv. Akibat dari penayangan acara tersebut menimbulkan gejolak dari
masyarakat. Masyarakat tidak terima jika capres pilihannya diperolok melalu
tayangan ditelevisi.
Contohnya
adalah setelah tayangan tersebut usai ditayangkan salah satu stasiun televisi
didatangi oleh masyarakat, mereka meminta pertanggungjawaban serta permohonan
maaf dari stasiun televisi yang bersangkutan.
Sangat
Ironis sekali jika media yang seharusnya berfungsi untuk menyatukan masyarakat
justru berbanding terbalik. Media sebagai ajang olok mengolok, menjatuhkan dan
menindas satu sama lain. Jika hal ini terus terjadi terlebih pada saat pemilu,
maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam masyarakat. Karena bagi masyarakat
kurang melek terhadap media mereka langsung menanggapi secara mentah-mentah
informasi dari media tersebut.
8. Penerapan
3 kriteria kebenaran dalam praktik :
a. Jurnalistik
yaitu dalam proses mencari, menulis dan menyebarkan berita.
Ø Kebenaran Korespondensi / Empiris
Dalam
proses mencari berita seorang jurnalis harus mengumpulkan serta mendapatkan
banyak informasi tentang topik yang ditulisnya. Dengan melakukan wawancara
tidak hanya dengan salah satu pihak melainkan beberapa pihak yang bersangkutan.
Kemedian menghubungkan antara hasil wawancara satu dengan yang untuk memperoleh
kebenaran dari suatu fenomena yang akan ditulis kemudian dipublukasikan.
Ø Kebenaran Koherensi / Logis
Dalam
menggali informasi, seorang jurnalis melakukan wawancara kepada berbagai pihak.
Jika hasil wawancara satu, dua dan tiga sama, maka dapat disimpulkan bahwa
informasi yang didapatkan adalah kebenaran.
Ø Kebenaran Pragmatis / Etis
Dalam
proses mencari, menulis dan menyebarkan berita seorang jurnalis harus
memperhatikan kaidah-kaidah serta kode etik yang berlaku untuk tercapainya
sebuah berita yang bersifat benar, tidak menyimpang serta dapat
dipertanggungjawaabkan.
b. Public
relations, yaitu dalam menyusun program kampanye
Ø Kebenaran Korespondensi / Empiris
Dalam
menyajikan informasi yang akan disajikan dalam kampanye seorang Public Relations harus memperhatikan
konten dan konteks yang akan dia hadapi. Informasi yang disajikan harus
berhubungan dengan objek yang akan dikampanyekan dan tidak boleh menyompang.
Contoh
: Jika kampanye untuk kemenangan partai Hanura, maka informasi yang disajikan
terkait partai tersebut, tidak terlalu melebih-lebihkan, berhubungan dan tidak menyimpang.
Ø Kebenaran Koherensi / Logis
Dimanapun
tempat kampanye antara tempat satu dengan tempat yang lainnya dalam
menyampaikan informasi harus konsisten. Jika satu tempat informasi yang
disajikan A,B dan C maka informasi yang disajikan ditempat lainnya juga harus
sama.
Ø Kebenaran Pragmatis / Etis
Dalam
menyusun program kampanye harus memperhatikan aturan-aturan yang berlaku agar
tidak terjadi penyimpangan atau permasalahan.
Contoh
: Menjatuhkan nama baik lawan agar kalah bersaing. Hal ini akan mengakibatkan
permusuhan pihak satu dengan lainnya. Jika seorang praktisi PR memperhatikan
serta menerapkan aturan yang berlaku, maka hal tersebut bisa dihindari.
c. Komunikasi
pemasaran, yaitu dalam strategi periklanan.
Ø Kebenaran Korespondensi / Empiris
Sebelum
melakukan strategi pemasaran yaitu dengan periklanan, harus diperhatikan iklan
apa yang sesuai untuk produk yang akan diiklankan. Mencari referensi atau
sumber-sumber agar iklan yang disajikan dapat dikemas semenarik mungkin dan
berhasil. Iklan harus berhubungan dengan produk tersebut serta jika seseorang
mengetahui iklan tersebut dapat memahami isi konten yang disajikan. Selain itu,
tidak ada salahnya jika melakukan surve terlebih dahulu tentang media yang
kerap digunakan oleh masyarakat dalam memperoleh informasi. Hal ini berfungsi
agar iklan dapat tersebar dengan baik dan diketahui oleh masyarakat.
Ø Kebenaran Koherensi / Logis
Dalam
menyajikan iklan harus memperhatikan konten yang harus ditampilkan. Isi iklan
harus sesuai dengan produk yang dipromosikan serta tidak menyompang dari produk
tersebut. Jika tidak sesuai dengan produk yang diiklankan, maka dapat
berpotensi untuk terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan sebuah iklan oleh
audiens.
Ø Kebenaran Pragmatis / Etis
Apabila
media yang digunakan dalam periklanan tepat serta konten yang disajikan menarik
serta tidak menyimpang dari suatu produk, maka yaitu audiens akan tertarik
kepada iklan tersebut dan mengkonsumsi produk yang diiklankan. Hal ini sangat
menguntungkan perusahaan, karena produk yang dihasilkan dapat diterima oleh
masyarakat atau audiens.
Komentar
Posting Komentar