Cultural Studies, Pemahaman dari Dunia Barat, Implementasi dalam Ilmu Komunikasi,Feminisme dan Budaya Populer
CULTURAL STUDIES
Ujian Tengah Semester
Oleh: Siti Noer Tyas Tuti/135120218113004
Dosen Pengampu: Arif Budiman Prasetya, S.I.Kom.,M.I.Kom
Ilmu Komunikasi/FISIP/Universitas Brawijaya/2015
1. Pemahaman mengenai apa itu Cultural Studies, perkembangan Cultural Studies dari dunia Barat dan implementasinya dalam keilmuan komunikasi:
Apa itu Cultural Studies ?
Perkembangan Cultural Studies dari dunia Barat
Implementasi dalam keilmuan komunikasi
2. Pemahaman mengenai konsep feminisme
3. Pemahaman mengenai pergeseran pola budaya masyarakat dalam menanggapi tayangan di media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Yunita Fitra dkk.2013.Identifikasi Gaya Korea Sebagai Bagian dari
Gaya Barat.Institut Teknologi Bandung
Astuti, Santi Indra.2010.Media Literacy: Mendidik Masyarakat Cerdas di Era
Informasi dari petra.ac.id diakses pada 27 April 2015
Fatanti,M.2015.Cultural Studies.Dalam Catatan Perkuliahan
Marzuki.2011.Kajian Tentang Teori-teori Gender.FISE UNY
Morissan.2013.Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa. Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup
Rahmawati, Aulia dan F, Syafrida Burrachmi.2012.Cultural Studies:Analisi
Kuasa atas Kebudayaan.Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran. Jawa Timur
Ujian Tengah Semester
Oleh: Siti Noer Tyas Tuti/135120218113004
Dosen Pengampu: Arif Budiman Prasetya, S.I.Kom.,M.I.Kom
Ilmu Komunikasi/FISIP/Universitas Brawijaya/2015
1. Pemahaman mengenai apa itu Cultural Studies, perkembangan Cultural Studies dari dunia Barat dan implementasinya dalam keilmuan komunikasi:
Apa itu Cultural Studies ?
Cultural studies adalah Teori kritis yang mengkonstruksi kehidupan sehari-hari. Terkait erat dengan budaya kontemporer, ideologi politik, kelas, gender, etnisitas dll (Fatanti,2015). Jadi dapat dikatakan bahwa Cultural Studies merupakan kajian budaya yang terkait atau berhubungan dengan ideologi, politik yang berkaitan dengan kekuasaan, kelas, gender dan etnisitas yang di dalamnya menakup kelompok usia, kecacatan dan lain sebagainya. Cultural Stusies merupakan kajian dibidang keilmuan yang bisa dibilang tidak memiliki batasan wilayah, karena Cultural studies mengambil teori-teori dari ilmu lain seperti sosiologi, psikologi, hukum dan lain sebagainya. Dalam CS tidak mempunyai teori khusus yang digunakan untuk mengkaji permaslahan didalamnya. Namun dalam CS segala sesuatu dalam kehidupan sosial di masyarakat dapat menjadi kajian budaya, tergantung melihat suatu fenomena dari sudut pandang apa dan bagaimana.
Seiring berkembangnya jaman, penelitian-penelitian dalam CS juga mengalami perkembangan. Cultural Studies dalam mengkaji atau meneliti sebuah fenomena akan mendekonstruksikan fenomena tersebut berdasarkan latar belakang baik dari segi sosial, budaya, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Cultural Studies bertujuan meneliti/mengkaji berbagai kebudayaan dan praktik budaya serta kaitannya dengan kekuasaan (Fatoni,2010). Cultural Studies memberikan perhatiannya pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompok dominan dan berkuasa (Morissan, 2013, h. 535). Dapat diartikan bahwa CS berusaha mengungkapkan dan mendekonstruksikan tentang kekuasaan dan bagaimana kekuasaan tersebut mempengaruhi kebudayaan.
Perkembangan Cultural Studies dari dunia Barat
Istilah CS berawal dari Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) di Universitas Birmingham, yang didirikan pada Th. 1964 oleh Richard Hoggart. Salah satu suksesor terkuatnya adalah Stuart Hall. Tahun 1970, Stuart Hall mengadakan gerakan intelektual internasional dengan menggunakan metode Marxist untuk mengeksplor hubungan antara budaya (suprastruktur) dan ekonomi politik (dasar) sesuai dengan pendapat Gramchi bahwa budaya adalah kunci keilmuan komunikasi (Fatanti,2015).
Jadi CS pertamakalinya berkembang di Universitas Birmigram yang merupakan salah satu Universitas tertua di Inggris. Sedangkan Center for Contemporary Cultural Studies yang biasa disebut Bimingham Center, berdiri pada tahun 1964 adalah pusat penelitian yang ada di universitas tersebut dan pertama kali dipimpin oleh Ricchard Hoggart yang selanjutnya digantikan oleh Stuart Hall.
Dibawah pimpinan Hall, pada tahun 1970 dan 1980-an, Bimingham Center menjadi pusat pemikiran intelektual yang paling penting di dataran Eropa dan Amerika. Bimingham Center mengajarkan CS baik di tingkat sarjana maupun pasca sarjana dan aktif mempromosikan penelitian di bidang ini (Rahmawati & Nurrachmi, 2012). Hall menerbitkan jurnal khusus yaitu Working Papers in Cultural Studies yang dipublikasikan bekerjasama dengan Hutchinson. Selain itu sejak tahun 1991, Bimingham Center mempublikasikan jurnal Cultural Studies from iBimingham, sedangkan jurnalnya yang paling baru adalah The European Journal of Cultural Studies yang diterbitkan di Sange (Rahmawati & Nurrachmi, 2012).
Dalam Cultural Studies Bimingham Center mempunyai sumbangan yang besar yaitu sebagai pelopor dalam studi subkultur, suara-suara yang marginal atau terpinggirkan dari budaya dominan. Selain itu menjadi pelopor dalam pemakaian semiotika dalam CS, serta berhasil membuat studi untuk mencari makna ideologis dari bentuk kebudayaan yang ada. Kajian yang terkenal dari Bimingham Center adalah tentang ras, kelas dan gender. Selain itu kajian yang terkait dengan kebudayaan, ideologi dan identitas.
Dilihat dari latar belakang historis kumunculan Cultural Studies berawal dari dunia barat dan mengkaji berbagai hal kemudian meninjaunya dari segi kebudayaan. Dari situlah sebagai landasan bahwa Cultural Studies adalah bidang kelimuan yang tidak mempunyai batasan wialayah subjek atau dapat dikatakan sebagai bidang keilmuan yang rakus karena mengambil banyak teori dari bidang keilmuan lain untuk mengkaji fenomena dari sudut pandang CS dan menjadikan satu kesatuan yang utuh.
Implementasi dalam keilmuan komunikasi
Bimingham Center sebagai pusat kajian budaya menjadi pelopor dalam pemakaian semiotika dalam Cultural Studies. Semiotika adalah (Morissan, 2013) studi mengenai (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri (Morissan, 2013, h. 32). Telah dijelaskan bahwa, Cultural Studies memberikan perhatiannya pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompok dominan dan berkuasa (Morissan, 2013, h.535). Sedangkan implementasi Cultural Studies dalam kelimuan komunikasi salah satunya mengkaji tentang media. Menurut Hall, media adalah instrumen kekuasaan kelompok elite, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah pikiran itu efektif atau tidak (Morissan,2013, h. 535).
Dalam kajian keilmuan komunikasi, Cultural Studies (Morissan, 2013, h. 535) menekankan pada gagasan bahwa media menjaga kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas masyarakat sementara mereka yang kurang berkuasa menerima apa saja yang disisakan kepada mereka oleh kelompok yang berkuasa. Jika ditinjau dari praktik media saat ini, maka tidak terlepas dari teori agenda setting. Yaitu tentang bagaimana media mengarahkan pemikiran masyarakat, apa yang dianggap media penting, maka dianggap penting oleh masyarakat (audiens), selain itu bagaimana masyarakat dapat berpikir tentang isu yang penting tersebut. Dalam hal ini secara tidak langsung media digunakan sebagai batu pijakan untuk menghegemoni masyarakat dengan pemikiran-pemikiran penguasa. Dalam mengkonsumsi media masyarakat seringkali menelan mentah-mentah apa yang disajikan media. Dengan demikian tujuan media dalam mempengaruhi perilaku, pola pikir atau opini publik terlaksana.
Feminisme merupakan bagian dari teori gender yang intinya tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Feminisme adalah suatu paham yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara laki-laki dan perempuan. Artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam feminisme mempunyai tujuan untuk mengadakan rekonstruksi masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender yang disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas dan division of labour, termasuk di dalam keluarga (Marzuki, 2011). Perempuan dianggap sebagai kelompok lemah yang termarginalkan, hal ini sangat ditentang oleh feminisme. Gerakan feminisme ini mengadopsi teori praxis, Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa merek merupakan kelas yang tidak diuntungkan (Marzuki,2011). Penyadadaran tersebut bermaksud untuk menyadarkan dan mengajak kaum perempuan untuk bangkit dan berkembang serta merubah keadaan.
3. Pemahaman mengenai pergeseran pola budaya masyarakat dalam menanggapi tayangan di media massa.
Media massa dengan segala kelebihan dan kekurangannya menyuguhkan konten-konten baik bernilai penting maupun tidak penting, baik efektif maupun tidak efektif. Tanpa disadari produk-produk yang dihasilkan media khususnya media massa menjadi jembatan dan sebagai transisi kebudayaan. Media sebagai pijakan kebudayaan asing untuk menjajaki atau masuk dalam budaya lokal masyarakat. Termasuk didalamnya adalah budaya populer yang masuk pada media. Melalui tayangan-tayangan dari media, masyarakat mengonsumsi serta mengadopsi kebudayaan tersebut. Dalam hal ini terjadilah pergesaran pola budaya masyarakat dalam menanggapi tayangan media massa.
Contohnya adalah Korean Korean Style yang awalnya muncul pada media massa dan berlanjut menjadi gaya hidup masyarakat. Korean Wave muncul dan menjadi budaya populer pada tahun 2013 dan terus berkembang sampai saat ini. Terus mewabah di penjuru Asia hingga dunia. Alasan Korean Style dianggap sebagai budaya populer (pop culture) karena kebudayaan tersebut dikonsumsi oleh massa melalui dengan alat penyebaran media massan sehingga menjadikan budaya tersebut populer. Budaya pop yang tengah melanda berbagai negara terutama negara-negara di sia adalah budaya pop yang berasal dari Korea Selatan. Budaya tersebut diusung melalui media massa baik berupa K-Pop, serial drama, film dan video game. Kesuksesan budaya pop Korea ini terbukti dengan munculnya istilah “The Korean Wave” sebagai bentuk ungkapan seberapa besar pengaruh budaya pp yang disebarkan (Yunita,dkk, 2013).
Fenomena budaya pop yang mewabah di Indonesia menjadikan sejumlah entertainer secara visual meniru gaya boyband dryan girlband dari Korea seperti SM*SH, Princess, Cherry Belle dan masih banyak band ala Korean yang bermunculan. Selain itu K-Pop menjadi trendsetter dalam trend fashion Indonesia dewasa ini. Yang lebih parah lagi adalah muncul komunitas pencinta budaya Korea yang didominasi oleh para remaja.
Dapat diambil kesimpulan bahwa selain menghibur dan menyediakan informasi pada masyarakat media juga sebagai jembatan penyebaran budaya asing masuk ke Indonesia yang mempunyai efek berkelanjutan menanamkan nilai-nilai dalam masyarakat melalui budaya pop yang ada. Singkatnya media mampu mempengaruhi, merubah nilai dan budaya dalam masyarakat.
4. Terpaan media massa saat ini telah membuat masyarakat menjadi sangat dinamis.
Dalam mengkonsumsi isi media, masyarakat seolah terbagi-bagi dalam beberapa kelompok tertentu. Namun sebagaimana diketahui, media massa, dengan konten yang sangat beragam, mampu menciptakan, memproduksi budaya-budaya populer dimasyarakat. Menaggapi fenomena tersebut, berikut adalah uraian tentang bagaimana seharusnya masyarakat mengkonsumsi media dengan bijak dan solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dari fenomena tersebut.
Keprihatinan terhadap dominasi media dalam kehiduan masyarakat sesungguhnya tidak hanya monopoli negara-negara berkembang yang tengah mengalami booming sektor media sebagai sektor publik maupun sektor bisnis indusstri, kehadiran media massa dalam pasar kapitalisme menciptakan ancaman bagi nilai-nilai multikultur serta menjebak media hanya pada konten yang tidak bervariasi, memanjakan selera (rendah) penonton untuk menjaga sumber dana atau modal media (Astuti,2010). Dalam menanggapi media, masyarakat seringkali secara mentah-mentah mengkonsumsi isi media. Diketahui bahwa media dimiliki oleh beberapa penguasa media yang menghasilkan berbagai jenis media. Ketika masyarakat mengkonsumsi isi dari media X dengan serta merta menerima, media X akan digunakan sebagai rujukan informasi yang mereka percaya. Begitupula dengan masyarakat yang mengkonsumsi media Y, Z dan lain sebagainya. Darisinilah seolah muncul kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat karena perbedaan pandangan dan pendapat yang dihasilkan dari perbedaan media sebagai rujukan dan sarana informasi yang dianggap terpercaya. Padahal informasi yang dimuat media belum tentu semuanya benar dan baik mengingat pemilik media mempunyai tujuan-tujuan tertentu dalam menampilkan produk media.
Untuk menanggani masalah ini, dapat dialkukan media literasi yaitu penanaman melek media dikalangan masyarakat dengan mengadakan penyuluhan atau penerangan. Dengan cara tidak serta merta menilai bahwa apa yang disenangi masyarakat tidak bermutu, namun terlebih dahulu menyajikan sesuatu yang tidak dinilai masyarakat. Sehingga sedikit demi sedikit mampu meluluhkan persepsi masyarakat tentang media X atau Y yang dianggap penting dan benar masyarakat. Ketika menanggapai isu dari media (TV), disarankan untuk membandingkan isu atau berita yang disajikan suatu media dengan media lain. Apakah itu benar atau tidak, jika perlu membandingkan isu atau berita yang danggap penting tersebut dibandingkan dengan media cetak atau online. Namun ketika masyarakat disuguhkan dengan budaya-budaya baru dalam arti budaya asing yang masuk, hendaknya disesuaikan dengan nilai-nilai yang dimiliki serta budaya lokal. Apakah sesuai atau tidak. Meskipun tidak ada larangan untuk meniru budaya asing, namun ketika msyarakat sudah meniru dan menerapkan budaya asing tersebut hendaknya menyesuakin dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat masyarakat berapa. Termasuk pula dalam meniru gaya berpakaian dari budaya asing atau pop.
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Yunita Fitra dkk.2013.Identifikasi Gaya Korea Sebagai Bagian dari
Gaya Barat.Institut Teknologi Bandung
Astuti, Santi Indra.2010.Media Literacy: Mendidik Masyarakat Cerdas di Era
Informasi dari petra.ac.id diakses pada 27 April 2015
Fatanti,M.2015.Cultural Studies.Dalam Catatan Perkuliahan
Marzuki.2011.Kajian Tentang Teori-teori Gender.FISE UNY
Morissan.2013.Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa. Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup
Rahmawati, Aulia dan F, Syafrida Burrachmi.2012.Cultural Studies:Analisi
Kuasa atas Kebudayaan.Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran. Jawa Timur
Komentar
Posting Komentar