ANALISIS FILM LARI DARI BLORA BERDASARKAN SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA
ANALISISI
FILM BERDASARKAN SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA
LARI DARI BLORA
Harmoni Without
The Law
Oleh : Siti Noer Tyas Tuti
Ilmu Komunikasi/FISIP/IB
1.
SINOPSIS FILM
Film ini pada dasarnya
menceritakan tentang kehidupan orang Samin
yang berada diwilayah antara Pati dan Blora. Masyarakat tersebut
bersikap eksklusif yang enggan menerima budaya luar termasuk aturan-aturan dari
pemerintah Indonesia. Selain itu menceritakan seorang gadis dari Amerika (Cyntia)
yang datang ke Desa Samin untuk melakukan penelitian terhadap budaya Samin.
Dalam film ini juga menceritakan tentang seorang guru (Ramadian) yang berusaha
untuk mengubah pola pikir masyarakat Samin yang hanya mementingkan sekolah
kehidupan yaitu tentang budi pekerti dan hidup berdampingan dengan alam.
Masyarakat Samin
menganggap sekolah formal bukanlah hal yang penting, oleh sebab itu Ramadian
berusaha membawa masyarakat samin menuju masyarakat yang berpendidikan dalam
arti mengenyam pendidikan formal melalui pembelajaran yang diberikan kepada
anak-anak Samin. Dalam melakukan misinya Ramadian menemukan berbagai halangan
diantaranya Pak Lurah setempat tidak mendukung dan diduga oleh pihak kepolisian
melakukan misi-misi tertentu yang akan membawa pada kekacauan, karena pada saat
itu tengah marak aksi-aksi teroris.
Pada saat yang
bersamaan terdapat dua orang pelarian dari penjara Blora yang berusaha
bersembunyi di Desa Samin. Seorang pemuka adat orang Samin (Si Mbah) mengetahui
hal tersebut namun tidak melaporkan kepada pihak kepolisisan. Alasan Si Mbah
tidak melaporkan karena pada saat itu dua orang pelarian dari penjara Blora
dianggap sebagai orang yang membutuhkan bantuan karena dalam kondisi kelaparan
yang berusaha mencari makan namun dengan cara mencuri. Si Mbah tidak pernah
menghakimi seseorang yang berbuat salah, justru mencari sebab orang melakukan
tindakan tersebut.
Tindakan Si Mbah yang
demikian Justru ditentang pihak kepolisian dan dianggap melindungi penjahat.
Singkat cerita tersebar isu bahwa desa Samin menjadi sarang penjahat yang
berpotensi menjadi sarang teroris dan operasi keamanan digelar oleh brimob.
2. ANALISIS FILM
2.1 Nilai
Sosial
Dalam Film yang berjudul “Lari dari Blora” menggambarkan tentang masyarakat Samin,
masyarakat ini bertempat di perbatasan antara Pati dan Blora. Dalam film
tersebut dijelaskan bahwa masyarakat ini juga disebut sebagai “kaum sikep”,
semua masyarakat Samin satu pikiran atau pandangan. Apabila terdapat individu
dalam kelompok tersebut yang berbeda pikiran, maka akan merasa tidak nyaman dan
akan pergi meninggalkan kelompok tersebut. Diterangkan pula tidak ada yang
dapat mengubah ajaran dari “kaum sikep”.
Jika menengok pada masalalu, mengenal sejarah
masyarakat Samin yang berawal dari masa penjajahan Belanda,Samin adalah nama
seorang tokoh pada tahun 1890 yang bernama asli Samin Suro Sendiko. Menyebarkan
ajaran kebatinan dimulai dari Blora,
Pati, Madiun dan Bojonegoro hingga berbagai daerah diseluruh Indonesia. Pada
tahun 1907 Samin ditangkap dan dibuang
keluar Jawa hingga meninggal pada tahun 1914.
Gerakan yang dibawa Samin dikenal dengan gerakan
Saminisme. Saminisme adalah gerakan perjuangan melawan kesewenangan yang
merampas tanah rakyat dan digunakan untuk perluasan hutan jati Ketika mandor hutan yang menjadi “antek-antek” Belanda berbicara soal
hukum, peraturan serta hukuman bagi yang melanggar masyarakat Samin
meremehkannya. Selain itu pada saat penjajah memberlakukan pajak untuk tanah,
air dan usaha ternak dengan dalih kesejahteraan rakyat masyarakat Samin tidak
mematuhinya. Masyarakat lebih
mendengarkan ajakan Samin Suro Sendiko yang dianggap Ratu Tanah Jawi atau Ratu
Adil atau Heru Cakra dengan gelar Prabu Panembahan Surya Alam. Dilain sisi
Saminisme juga dikenal dengan sejenis torikot paham religius yang menekankan
ketahanan batin. Menjaga diri dari berbuat buruk dan senantiasa berbuat
kebajikan.
Dalam
masyarakat Samin terdapat nilai-nilai luhur pada kehidupan sosial masyarakat
yang senantiasa dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai tersebut antara lain :
-
Jangan berbuat jahat, berperang mulut,
iri hati dan mengambil milik orang lain
-
Orang harus memelihara mulut dan kata-kata
tidak sopan atau menyakiti hati orang lain
-
Orang harus ingat kesabaran
Selain
nilai-nilai diatas, orang Samin juga berpedoman bahwa kejujuran itu penting
dalam kehidupan. Apabila orang sudah mampu jujur, tidak ada yang perlu
dirisaukan karena semua orang saling percaya. Ketika terjadi tanah longsor,
dengan adanya bencana alam tersebut orang Samin beranggapan bahwa alam selalu
ingin menjaga keseimbangan dan itu sebagaian dari kejujuran.
2.2 Sistem Komunikasi
2.2.1 Berdasarkan Letak Geografis
Jika
ditinjau dari wilayah geografisnya sistem komunikasi bisa dibagi menjadi dua,
yakni sistem komunikasi di pedesaan dan perkotaan (Nurudin, 2012, h.8). Dalam
film “Lari ari Blora” digambarkan bahwa
sistem komunikasi yang ada adalah sistem
komunikasi pedesaan. Dalam masyarakat Samin jelas terlihat bahwa adanya
keberadaan opinion leader. Opinion
leader adalah (Nurudin,2012)
pemimpin opini atau pemuka pendapat yang berperan sebagai pihak penerjemah
pesan, interpretator karena kelebihannya dibanding masyarakat kebanyakan.
Dalam film tersebut tampak jelas bahwa Si Mbah
digambarkan sebagai opinion
leader. Hal ini dibuktikan dengan beberapa adegan dalam film tersebut antara
lain :
-
Ramadian menunggu Cyntia di rumah Si
Mbah agar Cyntia mudah menemukan. Karena Si Mbah sebagai pemuka adat di
masyarakat Samin dan ssekaligus dijadikan Narasumber.
-
Pada saat polisi mendatangi Si Mbah dan
memberitahu bahwa terdapat pelarian pejara Blora yang bersembunyi di desa itu.
Polisi meminta Si Mbah untuk memberitahu masyarakat agar waspada. Karena polisi
tersebut yakin apabila Si Mbah yang berbicara maka masyarakat akan menurut.
-
Ketika ada dua masyarakat Samin resah
karena makan siang yang hilang, orang tersebut meminta saran dan pendapat dari
Si Mbah. Setelah mendapatkan nasehat dari Si Mbah akhinya masyarakat tersebut
menjadi tenang.
2.2.2 Berdasarkan Media yang Digunakan
Meskipun
dalam sistem komunikasi terdapat beberapa jenis media yaitu cetak, koran, new media dan media tradisional. Namun
dalam film Lari dari Blora tidak
nampak menggunakan banyak media. Penulis hanya menangkap media tradisional yang
dipakai dalam menyampaikan pesan berupa ludruk atau foklor yaitu ungkapan
rakyat dan teater rakyat. Hal ini dibuktikan adanya adegan Si Mbah memberikan
petuah-petuah kepada Ramadian dan masyarakat, dua orang pelarian narapidana
yang hendak mencuri di rumah Si Mbah serta diakhir cerita Si Mbah juga melantunkan beberapa petuah-petuah dan teater
rakyat yang digelar dalam film tersebut. Kemajuan teknologi dalam media
penyalur informasi tidak nampak, hanya menunjukan handphone sebagai sarana
komunikasi yang modern.
2.2.3 Berdasarkan Pola Komunikasi
Jika
ditinjau dari pola komunikasinya ada sistem komunikasi dengan diri sendiri (interpersonal communication system), sistem
komunikasi antarprsona (ainterpersonal
communication system), sistem komunikasi kelompok (small group communication system) dan sistem komunikasi massa (mass comminication system) (Nurudin,
2012, h.9). Dalam film “Lari dari
Blora” penulis menangkap tiga macam
pola komunikasi yaitu sistem komunikasi dengan diri sendiri, sistem komunikasi antarpersona
dan sistem komunikasi kelompok.
Hal ini dibuktikan pada beberapa adegan dalam film tersebut antara lain :
-
Sistem komunikasi dengan diri sendiri
antara lain ditunjukan pada adegan: Pada saat Khasanah membaca buku namun
sebenarnya tidak membaca. Penulis menangkap bahwa Khasanah sedang dilanda
dilema karena kedatangan bule yang memancing kecemburuan terhadap Ramadian dan terhadap
keputusan tentang pembatalan program anak Samin. Hal ini dilihat dari beberapa
adegan sebelum dan sesudahnya. Selain itu ketika adegan Ramadian duduk gelisah
di dalam kelas dan mondar-mandir seolah bingung apa yang akan dilakukannya.
-
Sistem komunikasi antarpersona antara
lain ditunjukan pada adegan : Saat terjadi percakapan antara Ramadian dengan Si
Mbah, Ramadian dengan Khasanah, Ramadian dengan Pak Lurah, Si Mbah dengan
Polisi.
-
Sistem komunikasi kelompok antara lain
ditunjukkan pada adegan : Ketika terjadi percakapan antara Ramadian, Cyntia
dengan Si Mbah, Si Mbah dengan masyarakat Samin, Ramadian dengan para siswa SD,
beberapa aparat kepolisian dengan Pak Lurah dan Pak Camat.
2.3 Fungsi Komunikasi
Fungsi
komunikasi menurut Harold D. Laswell (Nurudin,2012) adalah sebagai berikut :
-
Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment)
- Menghubungkan bagian-bagian yang
terpisah dari masyarakat untuk menggapai lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment)
-
Menurunkan warisan sosial dari generasi
ke generasi berikutnya (transmission of
the social heritage)
- Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment) :
Dalam film tersebut fungsi komunikasi ini dapat terlihat pada saat Polisi mendatangi
Si Mbah dan memberi berita tentang adanya pelarian penjara yang masuk ke desa
Samin, hal ini bertujuan agar Si Mbah dapat membantu polisi mengamankan
lingkungan dari bahaya penjahat. Selain itu pada saat Cyntia dan Ramadian
melapor adanya kegiatan penelitian kepada Pak Camat agar kegiatan tersebut
dapat diawasi. Dan ketika Pak Polisi mengobrol dengan pemuda kampung untuk
waspada terhadap pelarian penjara serta melapor jika menemui hal-hal yang
mencurigakan.
- Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah
dari masyarakat untuk menggapai lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment)
: fungsi ini terlihat dilakukan oleh Si Mbah sebagai juru bicara dari
masyarakat Samin dan juru bicara kepolisian pada saat melapor kepada Pak Camat.
- Menurunkan warisan sosial dari generasi
ke generasi berikutnya (transmission of
the social heritage) : Dalam melihat fenomena yang terjadi dalam film
tersebut, penulis mengidentifikasi bahwa penerapan fungsi ini nampak dilakukan
oleh Si Mbah selaku pemuka adat masyarakat Samin dalam memberikan
nasihat-nasihat. Selain itu Ramadian yang berperan sebagai guru SD melakukan
pembelajaran terhadap anak-anak Samin di depan rumahnya dapat dikatakan
informal. Tujuannya agar anak-anak Samin bisa membaca dan menulis serta
memberikan nasihat yang intinya belajar tidak hanya sekolah formal namun
belajar juga pada sekolah kehidupan dan bangsa Indonesia akan terus belajar
sampai kapanpun.
2.4 Hubungan antara Sistem Komunikasi, Sosial
dan Politik
2.4.1 Sistem Komunikasi Dipengaruhi oleh Sistem
Sosial
Sistem
sosial adalah sebuah bangunan sistem yang besar yang di dalamnya mempunyai
subsistem, termasuk sistem komunikasi itu sendiri (Nurudin, 2012, h. 19).
Sistem sosial masyarakat Samin mengedepankan kepercayaan terhadap nilai-nilai
kehidupan yang dianut yang di dalamnya termasuk prinsip-prinsip dan
larangan-larangan. Sistem sosial masyarakat Samin yang dikenal eksklusif dalam
arti tidak mengenal hukum-hukum dan birokrasi yang diterapkan oleh pemerintah.
Dijelaskan dalam film tersebut bahwa masyarakat Samin tidak mengenal sensus
penduduk, hukum tentang perkawinan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Samin sudah berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang dianut.
Ketika
sistem sosial masyarakat demikian, maka sistem komunikasi masyarakatpun menjadi
tertutup. Informasi tidak akan masuk begitu saja kepada masyarakat, namun harus
melalui opinion leader terlebih
dahulu. Selain itu digambarkan dalam film tersebut masyarakat tidak mengenal
baca tulis dan adanya media masa sehingga tidak mendapatkan informasi dunia
luar (luar daerah). Pola komunikasi masyarakat Samin saling percayai sebagai
implementasi dari prinsip kejujuran.
2.4.1 Sistem Komunikasi Dipengaruhi oleh Sistem
Politik
Dalam
praktik politik, sistem komunikasi akan dipengaruhi pula oleh keberadaan sistem
politik (Nurudin, 2012, h. 21). Jika dikaitkan dengan sistem komunikasi
masyarakat Samin yang sudah berpegang teguh pada nilai kehidupan yang dianut,
masyarakat Samin tidak mengenal dunia perpolitikan. Bahkan dijelaskan bahwa
masyarakat Samin tidak mengenal hukum negara dan pendidikan, mereka beranggapan
bahwa sekolah menyebabkan bendoro, bukan
politik bukan wakil rakyat atau kawulo. Dijelaskan pula bahwa “apa gunanya
pintar, lurahnya cuma satu”, dari penjelasan tersebut dapat diidentifikasi
bahwa masyarakat Samin tidak mengenal kekuasaan, masyarakat hanya menurut dawuh dari opinion leader mereka (Si Mbah).
2.5 Komunikasi sebagai Proses Budaya
Asumsi
dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi
yang ditujukan pada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran
kebudayaan (Nurudin, 2012, h.49). Sedangkan implementasinya dalam film “Lari
dari Blora” adalah komunikasi antara Ramadian dari perkotaan, Cyntia peneliti
dari Amerika dengan Si Mbah penduduk desa Samin, serta penduduk selain
masyarakat Samin seperti Pak Camat, Khasanah dan Pak Lurah. Dalam hal ini
terjadi pertukaran budaya ketika Ramadian dan Cyntia berinteraksi dengan
penduduk setempat.
Ramadian
seorang guru pendatang dari kota berusaha membangun pola pikir anak-anak Samin
untuk lebih maju dengan mengenal baca tulis, selain itu Ramadian mengajak Pak
Lurah untuk mendukung program sekolah untuk anak-anak Samin, namun terdapat pro
dan kontra antara Pak Lurah dengan Ramadian.Sedangkan Cyntia melakukan
wawancara dengan Pak Lurah, Si Mbah dan anak dari masyarakar Samin.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurudin.2012.Sistem
Komunikasi Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers
Komentar
Posting Komentar